London - Semenjak manusia mengenal konsep waktu, mereka suka sekali membagi-bagi perjalanan kehidupan mereka dalam kategori waktu ini.
Misal, kita mengenal sebutan sesudah masehi dan sebelum masehi, yang sebetulnya berawal dari kesepakatan bersama akan titik perhitungan tahun sesudah kelahiran Yesus Kristus.
Kesepakatan itu diambil karena peristiwa itu dianggap satu terminal keadaan yang membedakan satu titik dengan titik sesudahnya. Karena dianggap penting, karena dianggap bisa menjadi pertanda, karena bisa ditengok untuk menjadi referensi kehidupan.
Titik terminal waktu itulah yang kemudian kita kenal dengan nama sejarah.
Bagi Chelsea, final Liga Champions adalah titik itu. Saat di mana periode kehidupan mereka akan terumuskan, apakah bergerak dari titik sebelum ke sesudah.
Iming-iming kekekalan jelas terpancang di depan mata. Kalau menang maka seluruh anggota tim dari manajer, pemain, hingga seluruh staf akan bisa mengatakan mereka menjadi bagian dari Chelsea yang pertama kali menorehkan sejarah dengan merebut tropi Liga Champions.
Bukan sekadar itu, mereka akan menjadi bagian dari klub pertama London yang bisa memenangkan kompetisi Eropa itu. Masih ditambah lagi, akan menjadi klub pertama Inggris yang mengalahkan sesama tim Inggris di final Liga Champions.
Pertaruhan sungguh begitu besar bagi Chelsea ini. Persoalannya adalah apakah dorongan untuk menciptakan sejarah itu menjadi beban yang terlalu sarat?
Dua skenario seperti sudah terpampang didepan mata. Kalau menang, kalimatnya kemungkinan menyebut kesempatan untuk menorehkan sejarah terlalu berharga untuk dilewati, sehingga telah menjadi motivasi yang tiada tara untuk meraihnya.
Kalau kalah, kalimatnya kemungkinan adalah tekanan untuk menorehkan sejarah menjadi beban yang tak tertanggungkan.
Walau dalam konteks yang lebih besar apapun hasilnya nanti, akan tetap masuk dalam catatan sejarah persepakbolaan Eropa. Setidaknya catatan statistik bahwa di tahun 2008 final Liga Champions terjadi antara Chelsea melawan Manchester United.
Baca Lanjutanya....Jelang Final Liga Champions - Menorehkan Sejarah Chelsea
Pengunjung ke?
Translator
Darimana?
Link-Link
Senin, 16 Februari 2009
Jelang Final Liga Champions - Menorehkan Sejarah Chelsea
Sejarah Chelsea
Chelsea dibentuk pada 14 Maret 1905 di pub Rising Sun (sekarang bernama The Butcher’s Hook) dan tidak beberapa kemudian langsung bergabung dengan Football League. Tahun-tahun pertama dilalui tanpa ada prestasi yang benar-benar menonjol, hanya pada tahun 1915 mereka bisa mencapai final piala FA namun kalah dari Sheffield United. Chelsea mulai mendapatkan perhatian publik tatkala mereka mulai mendatangkan beberapa pemain terkenal, tetapi walaupun demikian prestasi mereka belumlah datang juga.
Mantan striker tim nasional Inggris, Ted Drake, kemudian menjadi manajer pada tahun 1952. Ia benar-benar merombak dan memodernisasi klub London itu, seperti memajukan sistem pembinaan pemain muda, membangun tim utama yang tangguh bahkan mengganti logo klub lama yang berlambang ‘Chelsea Pensioner’ (gambar pensiunan tentara Chelsea). Prestasi klub pun mulai nampak, Chelsea menjuarai liga Inggris pada musim 1954-1955. Saat itu federasi sepakbola eropa (UEFA) sudah mulai merencanakan untuk menggelar sebuah kompetisi klub Eropa bernama ‘European Champions Cup’, namun pihak Inggris khususnya FA dan Football League menolak berpartisipasi, ini membuat Chelsea harus mundur sebelum mulainya kompetisi antar klub Eropa tersebut.
Era 60an
Dekade tahun 60-an adalah tahun-tahun dimana talenta pemain-pemain muda Chelsea berkembang dibawah pelatih Tommy Docherty. Mereka termasuk kurang beruntung di saat-saat akhir tiap kompetisi dan turnamen yang diikutinya. Pada musim 1964-1965 mereka hampir saja menyabet gelar treble yaitu di liga Inggris, piala FA dan piala Liga, namun semuanya berujung hanya gelar juara piala Liga. Tahun 1967 mereka juga gagal di final piala FA. Baru pada tahun 1970 mereka berhasil menjuarai piala FA dengan menundukkan Leeds United di final 2-1. Tahun berikutnya mereka pun menyabet gelar Eropanya yang pertama, piala Winners, dengan mengalahkan Real Madrid di final.
Dekade 70-80an
Pada akhir dekade 70an sampai awal 1980 adalah tahun-tahun bergejolak Chelsea, kondisi keuangan klub tidak stabil dan mempengaruhi proyek peremajaan stadion Stamford Bridge. Pemain-pemain bintang dijual dan akhirnya berujung pada terdegradasinya Chelsea dari divisi utama. Masalah diperparah lagi oleh ulah pendukungnya yang suka membuat kerusuhan membuat awal dekade 1980an menjadi saat-saat suram klub. Ken Bates datang untuk membeli klub dengan harga nominal £1, pada saat itu stadion Stamford Bridge telah dijual ke sebuah developer properti dan Chelsea terancam tidak mempunyai ‘rumah’. Chelsea pun terdegradasi lagi sampai ke divisi 3, divisi yang terendah selama sejarahnya. Tahun 1983 dibawah manager John Neal, Chelsea berhasil menjuarai divisi 2 dan promosi ke divisi utama. 4 tahun di divisi utama, mereka terdegradasi lagi pada tahun 1988. Hanya semusim di divisi 2, mereka promosi lagi ke divisi utama setelah menjuarai divisi 2 tahun itu (1989).
Dekade 90an sampai awal 2000an
Tahun 1992, setelah melalui perjuangan berat, pemilik Chelsea Ken Bates (inset) berhasil mendapatkan kembali stadion Stamford Bridge dengan membuat perjanjian dengan pihak bank (saat itu pihak developer properti pemilik Stamford Bridge telah bangkrut). Prestasi Chelsea sendiri di divisi utama (sudah bernama Premier League) tidaklah istimewa, hanya di turnamen piala FA mereka berhasil masuk final pada tahun 1994. Setelah diangkatnya pemain legendaris Belanda, Ruud Gullit, menjadi pemain-manager, Chelsea barulah mulai mengangkat namanya kembali. Gullit mendatangkan pemain-pemain terkenal seperti Roberto Di Mateo,dan yang terutama adalah Gianfranco Zola, playmaker Italia yang jenius. Chelsea menjuarai piala FA tahun 1997 dan di liga pun mereka sudah menunjukkan diri sebagai klub papan atas di liga Inggris. Kemudian Gianluca Vialli menggantikan Gullit dan membawa Chelsea menjuarai piala liga, piala Winners tahun 1988 serta piala FA tahun 2000. Vialli juga membawa Chelsea sampai ke perempat final Liga Champions Eropa tahun 2000. Claudio Ranieri kemudian menggantikan rekan senegaranya, Vialli, sebagai manager Chelsea dan membawa Chelsea ke final piala FA tahun 2002.
Datangnya Abramovich
Pada Juni 2003, Ken Bates menjual Chelsea kepada seorang biliuner Rusia bernama Roman Abramovich seharga 140 juta pounsterling. Itu adalah rekor penjualan klub Ingrris termahal sepanjang sejarah saat itu. Karena Abramovich pula media Inggris kemudian menjuluki klub sebagai ‘Chelski’, kata yang langsung menjadi populer di publik. Abramovich langsung bergerak cepat dengan ‘membajak’ general manager Manchester United, Peter Kenyon, ke Chelsea. Kenyon adalah salah satu faktor kesuksesan Manchester United menjadi klub terkaya di dunia dan di Chelsea ia menempati posisi sebagai tangan kanan Abramovich untuk mengelola klub.
Dana pun digelontorkan besar-besaran, tidak kurang dari 100 juta poundsterling dikeluarkan hanya untuk membeli pemain bintang. Tetapi Ranieri tetap tidak membawakan prestasi ke Chelsea pada musim pertama Abramovich. Setelah melihat bahwa Ranieri sulit membawa Chelsea sesuai ambisi Abramovich yang besar, manager Italia tersebut kemudian dipecat dan didatangkanlah Jose Mourinho dari klub juara eropa, FC Porto. Pilihan Kenyon tidaklah salah, Jose Mourinho adalah sosok seorang manager yang sangat taktis dan bertangan dingin. Di musim pertamanya Mourinho langsung membawa Chelsea menjadi juara liga Inggris dan piala Liga. Walaupun dengan dukungan dana yang begitu kuat, seorang manager tetaplah sulit sekali bisa membawa klubnya untuk menjuarai liga Inggris yang ketat di musim pertamanya. Musim itu begitu sensasional bagi Mourinho dan Chelsea, apalagi tahun 2005 adalah genap 100 tahun umur Chelsea. Klub London itu juga menjadi klub yang memenangi partai terbanyak dan paling sedikit kebobolan. Pada tahun tersebut Chelsea juga masuk semi final Liga Champions.
Lampard, Mourinho, TerryTahun berikutnya, 2006, Chelsea kembali menjadi juara liga, klub London pertama setelah Arsenal 1933-1934 yang bisa menjuarai liga Inggris 2 tahun berturut-turut. Tahun 2007 Chelsea menjuarai piala FA dan piala Liga namun hanya menjadi runner-up liga dibawah Manchester United. Mulailah adanya isu pertengkaran Mourinho dan Abramovich yang memuncak di September 2007 dimana Mourinho meletakkan jabatannya sebagai manager. Direktur sepakbola Chelsea asal Israel, Avram Grant, kemudian menggantikannya. Grant membawa Chelsea sebagai runner-up liga, runner-up piala Liga dan runner-up Liga Champions eropa (kalah adu penalti melawan Manchester United). Tidaklah terlalu buruk sesungguhnya, namun bagi Abramovich yang mempunyai ambisi segunung itu tidaklah cukup sehingga Grant dipecat dan digantikan oleh pelatih Brazil, Luis Felipe Scolari, yang akrab dipanggil Felipao sebagai manager Chelsea yang baru sejak 1 Juli 2008.
Baca Lanjutanya....Sejarah Chelsea
Chelsea tidak Bisa Anggap Enteng Watford
WATFORD - Chelsea memang telah menunjuk Guus Hiddink sebagai nakhoda pengganti Luiz Felipe Scolari. Tapi, arsitek asal Belanda itu baru akan resmi bertugas Senin lusa (16/2). So, saat Chelsea melawat ke kandang Watford di Vicarage Road dini hari nanti WIB, John Terry dkk masih akan didampingi asisten pelatih Ray Wilkins.
Duel Chelsea kontra Watford terjadi di putaran kelima Piala FA. Meski lawannya adalah tim Championship alias Divisi Satu Liga Inggris, Chelsea tidak bisa menganggap enteng Watford. Pengalaman saat dipaksa memainkan laga ulang (replay) oleh klub gurem Southend United di putaran ketiga menjadi pelajaran berharga.
Southend, klub dari League One atau dua level di bawah Premier League, sukses menahan Chelsea 1-1 di Stamford Bridge. Beruntung, The Blues - julukan Chelsea - sukses menang 4-1 pada laga ulang.
''Keberadaan Hiddink memang membuat keadaan tim stabil lagi. Tapi, sebenarnya kestabilan itu juga bergantung kepada para pemain Chelsea sendiri,'' kata Frank Lampard, gelandang serang andalan Chelsea, seperti dilansir The Sun.
''Jadi, sangat penting bagi para pemain untuk menegakkan kepala di setiap laga yang dijalani, terlepas ada atau tidaknya pelatih tetap di sisi kami. Termasuk lawan Watford di Piala FA ,'' imbuh pemain 30 tahun itu.
Partai lawan Watford menjadi spesial bagi Lampard. Sebab, di kubu lawan ada sang ayah, Frank Lampard Senior, yang bertugas sebagai konsultan dari pelatih Watford Brendan Rogers.
Rogers pun bukan nama asing bagi Chelsea. Sebelum menangani Watford sejak 24 November 2008, Rogers adalah pelatih junior dan tim cadangan Chelsea. Rogers yang masih berusia 36 tahun itu jelas sangat hafal dengan kondisi The Blues.
''Sekalipun saya punya referensi cukup banyak tentang Chelsea, tetap saja itu tak akan berarti jika Watford gagal menunjukkan permainan terbaiknya. Untuk bisa meredam tim sekelas Chelsea, kami jelas harus berada dalam level permainan maksimal,'' ungkap Rogers kepada BBC.
Sebagai mantan anggota keluarga besar Chelsea, Rogers ikut bersimpati dengan situasi yang dialami klub London itu sekarang. ''Saya dekat dengan beberapa pemain Chelsea dan saya bisa memahami apa yang mereka rasakan saat ini. Tapi, saya yakin meski tengah menjalani hari buruk, mereka tetap sekumpulan pemain berkualitas dunia yang punya mental tangguh,'' ujarnya.
Selain referensi, modal lain Watford adalah kebugaran. Sejak kalah 1-3 dari Wolverhampton Wanderers di ajang Championship pada 31 Januari lalu, The Hornets - julukan Watford - tak lagi turun ke lapangan. Berarti, ada masa recovery hampir dua pekan.
Di sisi lain, mayoritas pemain Chelsea baru saja memeras keringat membela timnas masing-masing di ajang uji coba internasional Rabu lalu (11/2). Pemain seperti John Terry dan Ashley Cole bahkan tampil full time saat Inggris dikalahkan Spanyol 0-2 di Stadion Ramos Sanchez Pizjuan, Sevilla.
Hanya, Terry memang tidak bisa tampil lawan Watford karena harus menjalani skor akibat mengoleksi lima kartu kuning di Premier League. Cole bisa jadi juga disimpan karena sudah kena empat kartu kuning di kompetisi reguler. Jika menerima kartu kuning di Vicarage Road, bek kiri 28 tahun itu bisa absen saat lawan menghadapi rival berat, Aston Villa, di Villa Park, pekan depan (21/2).
Sebaliknya, tidak ada pemain Watford yang absen karena skorsing. Tapi, tuan rumah tidak bisa memainkan pemain serbabisa Jack Cork karena berstatus pemain pinjaman dari Chelsea. Pemain 19 tahun yang juga punggawa timnas Inggris U-21 itu tak hanya bisa bermain sebagai gelandang bertahan, tapi juga menjadi bek tengah. (dns/ca)
Baca Lanjutanya....Chelsea tidak Bisa Anggap Enteng Watford
Chelsea Menang di Laga Perdana Pasca Pemecatan Scolari
WATFORD - Chelsea lulus ujian di laga perdana pasca pemecatan Luiz Felipe Scolari. Bertanding lawan Watford di putaran kelima Piala FA kemarin dini hari WIB (15/2), The Blues -sebutan Chelsea- menang 3-1 (0-0). Nicolas Anelka menjadi bintang kemenangan Chelsea dalam laga di Vicarage Road itu.
Anelka memborong tiga gol alias hat-trick pada 15 menit terakhir. Yakni, menit ke-75, 77, dan di masa injury time. Berarti, penyerang 29 tahun asal Prancis itu menggenapkan koleksi golnya musim ini menjadi 20 dari 35 laga di berbagai ajang.
Sebelum hat-trick Anelka, Watford leading pada menit ke-69. Tamas Priskin yang baru masuk lapangan tiga menit membuat publik tuan rumah bersorak kala membobol gawang Petr Cech pada menit ke-69. Sayang, The Hornets -julukan Watford- memang harus mengakui masih kalah kelas dari Chelsea.
Keberhasilan Chelsea lolos ke perempat final Piala FA sekaligus meredam intrik di dalam klub asal London itu. Sebab, laga di Vicarage Road kemarin disaksikan langsung big boss Chelsea Roman Abramovich dan pelatih baru Chelsea Guus Hiddink dari tribun VIP. Meski sudah resmi ditunjuk pada Rabu lalu (11/2), Hiddink baru aktif bekerja per hari ini (16/2).
Kala Watford unggul dulu, mimik wajah Abramovich dan Hiddink tampak gelisah. Tapi, begitu Chelsea menyamakan kedudukan, keduanya bisa sedikit tersenyum. ''Pertandingan berjalan mendebarkan ketika kami tertinggal hingga akhirnya kami bisa membalikkan keadaan,'' kata Ray Wilkins, asisten pelatih Chelsea yang bertindak sebagai juru strategi sementara dalam laga kemarin, sebagaimana dikutip Sky Sports.
Kendati menghadapi Watford yang hanya tim asal Championship alias Divisi 1 Liga Inggris, Chelsea turun dengan skuad terbaik minus John Terry dan Jose Bosingwa. Bahkan, The Blues menurunkan tridente Anelka-Didier Drogba-Salomon Kalou sebagai starter. Tapi, itu ternyata bukan jaminan. ''Permainan terbaik Chelsea masih belum muncul. Tapi, terpenting, kami bebas dari shock sebagaimana pekan sebelumnya,'' tandas Wilkins.
Frank Lampard, gelandang Chelsea, mengungkapkan bahwa timnya sedikit nervous di awal pertandingan. Dikatakan, situasi tersebut terjadi karena para pemain masih tertekan menyusul transisi pelatih. ''Hal positif adalah kami bisa memberikan respons bagus ketika kemasukan lebih dulu,'' tutur pemain yang menjabat kapten tim dalam laga kemarin itu kepada AFP.
Lampard yang kemarin melawan ayah kandungnya -Frank Lampard Senior, konsultan teknik Watford- juga menyebut bahwa Hiddink sempat memberikan pengarahan kepada para pemain sebelum kickoff. ''Dia (Hiddink) mendatangi pemain di ruang ganti untuk memotivasi pemain. Saya pribadi tak sabar menunggu dia bekerja sama dengan tim,'' imbuh gelandang 30 tahun itu.
Dari kubu Watford, pelatih Brendan Rodgers sedikit mempersoalkan kepemimpinan wasit Mike Dean yang mengabaikan pergantian pemain di timnya sebelum gol pertama Chelsea. Kala itu Rodgers berniat memasukkan gelandang John Joe-O'Toole menggantikan penyerang Wilk Hoskins dengan tujuan memperkuat lini tengah.
Namun, aba-aba dari ofisial keempat di pinggir lapangan tidak didengar wasit. (dns/aww)
Baca Lanjutanya....Chelsea Menang di Laga Perdana Pasca Pemecatan Scolari
Kamis, 29 Januari 2009
Beberapa hal tentang Emoticons
Hallo sobat tua dan muda dimanapun anda berada, kita jumpa lagi dalam acara Trik dan Tips . Dalam episode kali ini kita akan mencoba membahas tentang "Bagaimana Cara Membuat Postingan/Content Blog Agar Lebih Expressive. Maksudnya apaan tuh?
Gini lho, kalo di layanan Blog lain semisal Wordpress, setiap kita mengetikkan tanda ini :) maka yang muncul adalah gambar ini , kalo tanda ini :p maka yang muncul gambar ini dan lain-lain .
Berikut ini adalah beberapa standar kode smile yang bisa digunakan :
:) -->
:D -->
:$ -->
:( -->
:p -->
;) -->
:k -->
:@ -->
:# -->
:x -->
:o -->
:L -->
:O -->
:r -->
:y -->
:t -->
:s -->
:~ -->
:v -->
:f -->
:d -->
:c -->
:z -->
Sebelum mengetikkan kodenya, harus di spasi dulu.
untuk sementera itu dulu, icon-smile selanjutnya masih dalam penelitian di laboratorium
Baca Lanjutanya....Beberapa hal tentang Emoticons